Pria tua itu terlihat sendu sendirian duduk di pekarangan rumahnya sembari tangannya yang keriput lembut mengaduk – aduk secangkir kopi yang sedari tadi menemani kesendiriannya. Ia masih ingat kejadian masa lalu dengan rasa yang sama seperti rasa pahit kemudian manis secangkir kopi hangat yang sedang ia teguk perlahan sekarang. “Ah......”Ucap pria tua itu setelah ia meneguk kopinya. Mungkin ia sedang merasa bahwa kenikmatan kopi itu tak pernah berubah sampai sekarang. Kemudian ia meneguk lagi kopi itu untuk kedua kalinya sembari ia benar – benar nikmati aroma cinta dari kopi buatan istrinya tersebut. Sungguhlah dalam pikirnya ia selalu merasa bahwa tiada hal paling romantis di dunia ini kecuali menikmati secangkir kopi hangat buatan bidadarinya yang spesial di pekarangan rumah mereka selagi pagi. Pria tua itu adalah pecandu kopi. Dia telah menikmati bermacam – macam dan berjenis – jenis kopi seantero negeri. Bahkan setiap sebelum dan sepulang bekerja ia selalu mengharuskan secangkir kopi sebagai menu wajib baginya. Bisa dikatakan tanpa kopi apalah arti hari ini. Meskipun begitu, ia tahu betul bagaimana cara menjaga stamina dan kesehatan tubuhnya agar jauh – jauh dari penyakit gula darah atau diabetes. Ia terkadang meminum kopi tanpa gula atau ia imbangi dengan meminum ramuan kopi herbal yang terbuat dari rempah – rempah. Ia meneguk kembali kopinya itu dari cangkir antik kecil berwarna putih yang hampir saja dingin bila tak cepat diminum “Ah.... Sungguhlah kopi ini tiada tandingannya” ia kembali bergumam pasal rasa kopi buatan istrinya. Ada sebuah alasan mengapa ia sangat menyukai kopi buatan istrinya itu. Ia beralasan bahwasannya istrinya setiap pagi selalu memberi ramuan khusus dalam kopi buatannya yang tidak dapat ditemukan dimanapun karena ramuan itu adalah CINTA. Dahulu sebelum pria itu begitu fanatik dengan kopi buatan istrinya, ia memiliki sepenggal masa lalu dengan rasa yang sama seperti secangkir kopi yang ia minum tanpa diaduk. Pahit. Dulu semasa muda pria tua itu adalah seorang pekerja kantor nan sibuk dengan kebiasaan minum kopi yang luar biasa. Untuk menjaga stamina tubuhnya agar tidak terlalu cepat mengantuk dan lelah ia selalu meminum 2 cangkir kopi di kantornya sebagai teman begadang untuk tugas yang bejibun. Ia tak menyadari bahwasannya hal tersebut tentulah bukan pola hidup yang baik untuk kesehatan jasmaninya.
Kemudian dalam waktu seminggu dengan kebiasaan cukup buruk dan pekerjaan ekstrim yaitu begadang untuk tugas kantorannya, ia mulai merasakan ada yang janggal dengan tubuhnya. Ia makin kurus dan sering merasa pusing. Ia menyadarinya. Kemudian dia memutuskan untuk memeriksakan keadaannya pada dokter di sebuah klinik dekat kantornya. Ia hanya perlu berjalan sebentar melewati beberapa ruko dan sebuah cafe yang kini justru menarik perhatiaan dan membuat dirinya berhenti sejenak di depan cafe tersebut. “SUNRISE COFFE CAFFE” tulisan balok besar dengan font cantik yang membentang di atas dinding caffe tersebut membuat dirinya kehilangan niat awal yaitu pergi ke klinik untuk beberapa saat namun kemudian ia kembali bergegas melaksanakan niat awalnya. Pria muda itu berjalan gontai dengan santai, menyelampirkan jas hitam pada pundak sebelah kanannya. Ia merasa gerah dengan dirinya dan kesal. Ia mungkin harus kehilangan moment – moment kebiasaan minum kopi untuk beberapa bulan karena penyakit barunya sekarang. Iya, dia didiagnosa mengidap strees, insomnia dan diabetes ringan sehingga dokter menyarankan agar ia tidak mengkonsumsi kopi selama kurang lebih 5 bulan kedepan. Namun meskipun begitu hasilnya, ia sungguh tak dapat melewati satu hari pun tanpa secangkir kopi manis yang nikmat. Langkahnya kembali terhenti di depan caffe tersebut. Caffe yang sama yang sebelumnya membuat langkah kakinya menuju ke klinik terhenti sejenak. Ia membatin, mungkin hari ini adalah hari yang mengharuskan dirinya mengucapkan selamat tinggal pada kenikamatan secangkir kopi. Ia menciptakan niatan baru. Kemudian, ia kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam caffe tersebut. Tak lama pula ia menemukan sebuah tempat duduk yang pas untuk menyambut detik – detik perpisahannya dengan secangkir kopi. Seorang pelayan wanita pun tiba untuk memberikan layanan jasa bagi pesanan tamunya yang tak lain adalah pria itu yang sedari tadi membuang lamunannya pada lalu lalang para manusia kantoran di luar. “Permisi tuan...”. Pelayan wanita itu memanggil dengan lembut pria muda tersebut untuk mendapatkan pesanan. Namun pria itu masih belum memberi respon. Pelayan wanita itu keheranan untuk beberapa saat sebelum memanggil tamunya lagi dengan suara lembut yang lebih lantang. “Permisi tuan... Bisakah saya mendapatkan pesanan anda sekarang?” Pelayan wanita itu geram dengan tamu pertamanya ini. Pria itu berpaling dan menatap pelayan wanita yang notabenenya lebih muda darinya tanpa merasa bersalah.
“Beri aku secangkir kopi paling nikmat hari ini. Aku ingin yang rasanya paling spesial dan nikmat serta benar – benar bisa membuatku tak pernah bisa melupakan rasa kopi itu sampai 5 bulan ke depan”. Pria itu mengutarakan pesanannya. Tidak, pria itu mengutarakan kegundahan hatinya. Kegundahan yang begitu pahit bak kopi tanpa gula baginya. Pelayan wanita itu mengerutkan kening atas pesanan paling tidak masuk akal dari tamu pertamanya ini. Ia menyadari terdapat kejanggalan dari cara berpikir tamunya ini. Namun tak ia pikir panjang, ia bukan siapa – siapa dan bahkan tak mengenal siapa tamunya. Ia hanya perlu mengantar secangkir kopi pesanan tamunya. Tak berapa lama pelayan itu kembali dengan secangkir kopi di atas nampan yang ia bawa masih untuk orang yang sama yaitu tamu dengan pesanan kopi yang luar biasa tidak masuk akal bagi dirinya. Dia masih belum memahami masalah tamunya saat ini. Yang ia tahu hanyalah memberikan hak bagi tamunya yaitu mengantarkan pesanan. Kemudian ia meletakan kopinya seraya berkata “Ini tuan pesananmu. Aku tidak tahu apa maksud pesananmu. Aku hanya tahu bahwasannya secangkir kopi yang begitu nikmat, spes ial dan rasanya tak pernah kau lupakan sampai 5 bulan atau selebihnya adalah secangkir kopi buatan bidadari yang harus kau aduk dengan lembut lebih dahulu sebelum tuan meminumnya dan bidadari itu seharusnya adalah istrimu sendiri tuan. Ia akan membuatkan kopi tersebut di rumah dengan cinta setiap anda ingin tanpa perlu melakukan pesanan ” Pria itu menatap lekat pelayan wanita muda yang mengantar pesanannya tersebut. Ia terengah mendengar kalimat yang barusan pelayan wanita itu lontarkan padanya. Ia tidak tahu atau tidak paham selama ini bahwasannya ia telah lupa dengan hal kecil tersebut. Apalagi kalau bukan kenikmatan secangkir kopi buatan istrinya seperti kata pelayan muda tadi. “Aaah... “. Pria itu hanya menjawab sekenanya meskipun dalam benaknya sebenarnya ia paham betul maksudnya. “Terima kasih atas kopinya dan atas layanan pribadi darimu. Pasti saya akan temui bidadari pencipta kopi dengan rasa special, nikmat dan tak dapat aku lupakan selama 5 bulan atau selebihnya itu di rumah. Sekali lagi terima kasih”. Lanjutnya panjang dengan senyum ramah untuk pelayan muda itu.